Bila eritrosit berada dalam larutan
yang hipotonis, cairan yang kadar osmolalitasnya lebih rendah daripada
plasma atau serum normal (kurang dari 280 mOsm/kg)
Uji
fragilitas osmotik eritrosit (juga disebut resistensi osmotik
eritrosit) dilakukan untuk mengukur kemampuan eritrosit menahan
terjadinya hemolisis (destruksi eritrosit) dalam larutan yang hipotonis.
Caranya adalah sebagi berikut : eritrosit dilarutkan dalam larutan
salin dengan berbagai konsentrasi. Jika terjadi hemolisis pada larutan
salin yang sedikit hipotonis, keadaan ini dinamakan peningkatan
fragilitas eritrosit (=penurunan resistensi/daya tahan eritrosit), dan
apabila hemolisis terjadi pada larutan salin yang sangat hipotonis,
keadaan ini mengindikasikan penurunan fragilitas osmotik (=peningkatan
resistensi eritrosit).
Hemoglobin keluar dari sel pada masing-masing tabung yang berisi larutan NaCl yang kadarnya berbeda-beda. Kadar Hb kemudian ditentukan secara fotokolorimetrik. Hasilnya dilaporkan dalam persentase (%) hemolisis. Kumpulan hasil-hasil hemolisis diplot dalam suatu kurva dibandingkan dengan data eritrosit normal. Pada keadaan peningkatan fragilitas, eritrosit biasanya berbentuk sferis, dan kurva tampak bergeser ke kanan. Sedangkan pada penurunan fragilitas, eritrosit berbentuk tipis dan rata, kurva tampak bergeser ke kiri.
Hemoglobin keluar dari sel pada masing-masing tabung yang berisi larutan NaCl yang kadarnya berbeda-beda. Kadar Hb kemudian ditentukan secara fotokolorimetrik. Hasilnya dilaporkan dalam persentase (%) hemolisis. Kumpulan hasil-hasil hemolisis diplot dalam suatu kurva dibandingkan dengan data eritrosit normal. Pada keadaan peningkatan fragilitas, eritrosit biasanya berbentuk sferis, dan kurva tampak bergeser ke kanan. Sedangkan pada penurunan fragilitas, eritrosit berbentuk tipis dan rata, kurva tampak bergeser ke kiri.
Masalah Klinis
PENURUNAN FRAGILITAS
: Talasemia mayor dan minor (anemia Mediterania atau anemia Cooley),
anemia (defisiensi besi, defisiensi asam folat, defisiensi vit B6, sel
sabit), penyakit hemoglobin C, polisitemia vera, post splenektomi,
nekrosis hati akut dan sub akut, ikterik obstruktif.
PENINGKATAN FRAGILITAS : Sferositosis herediter, transfusi (inkompatibilitas ABO dan Rhesus), anemia hemolitik autoimun (AIHA), penyakit hemoglobin C, toksisitas obat atau zat kimia, leukemia limfositik kronis, luka bakar (termal).
PENINGKATAN FRAGILITAS : Sferositosis herediter, transfusi (inkompatibilitas ABO dan Rhesus), anemia hemolitik autoimun (AIHA), penyakit hemoglobin C, toksisitas obat atau zat kimia, leukemia limfositik kronis, luka bakar (termal).
Prosedur
Uji
ini biasanya dilakukan pada sampel darah segar kurang dari 3 jam
dan/atu sampel darah 24 jam yang diinkubasi pada suhu 37oC. Sampel darah
yang digunakan berupa darah heparin atau darah “defibrinated”. Tidak
ada pembatasan asupan makanan atau minuman.
Pada pengujian ini dibuat larutan NaCl dengan konsentrasi yang berbeda. Penilaian hasil dengan metode fotokolorimetri (menggunakan alat fotometer atau spektrofotometer).
Sebelum melakukan pengujian, sediakan dulu larutan stock buffer NaCl 10% yang terbuat dari NaCl 9 gram, Na2HPO4 1,365 gram, dan NaH2PO4.H2O 0,215 gram. Bahan-bahan tersebut kemudian dilarutkan dengan aquadest sampai 100 ml. Sebelum digunakan untuk pemeriksaan, buatlah larutan pokok NaCl 1,0% dengan cara melarutkan 5,0 ml stock buffer saline 10% dengan aquadest hingga 50,0 ml. Selanjutnya lakukan pengujian sebagai berikut :
Pada pengujian ini dibuat larutan NaCl dengan konsentrasi yang berbeda. Penilaian hasil dengan metode fotokolorimetri (menggunakan alat fotometer atau spektrofotometer).
Sebelum melakukan pengujian, sediakan dulu larutan stock buffer NaCl 10% yang terbuat dari NaCl 9 gram, Na2HPO4 1,365 gram, dan NaH2PO4.H2O 0,215 gram. Bahan-bahan tersebut kemudian dilarutkan dengan aquadest sampai 100 ml. Sebelum digunakan untuk pemeriksaan, buatlah larutan pokok NaCl 1,0% dengan cara melarutkan 5,0 ml stock buffer saline 10% dengan aquadest hingga 50,0 ml. Selanjutnya lakukan pengujian sebagai berikut :
- Sediakan 12 buah tabung lalu buatlah pengenceran bertingkat larutan NaCl dengan konsentrasi : 0,85%, 0,75%, 0,65%, 0,60%, 0,55%, 0,50%, 0,45%, 0,40%, 0,35%, 0,30%, 0,20% dan 0,10%, masing-masing sebanyak 5,0 ml. Larutan-larutan NaCl tersebut dibuat dari larutan pokok NaCl 1,0%.
- Tambahkan ke dalam tabung-tabung itu masing-masing 50 µl sampel darah. Campur (homogenisasi) dengan cara membolak-balikkan tabung beberapa kali.
- Inkubasikan selama 30 menit pada suhu kamar.
- Campur (homogenisasi) lagi lalu pusingkan (centrifuge) tiap tabung tersebut selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
- Ukur absorbans (OD) dari supernatant pada λ 540 nm dengan blanko supernatant tabung ke-1 (NaCl 0,85%).
- Hitung % hemolisis dengan cara membagi absorbans (OD) sampel dengan absorbans (OD) tabung ke-12 dikalikan 100%.
- Buat kurva dengan konsentrasi NaCl sebagai axis (x) dan % hemolisis sebagai ordinat (y). Bandingkanlah dengan kurva dari kontrol darah normal.
Nilai Normal
Permulaan hemolisis pada konsentrasi NaCl 0,40% - 0,45%
Hemolisis sempurna pada konsentrasi NaCl 0,30% - 0,35%
Persentase hemolisis dalam keadaan normal adalah :
97 - 100 % hemolisis dalam NaCl 0,30%
50 - 90 % hemolisis dalam NaCl 0,40%
5 - 45 % hemolisis dalam NaCl 0,45%
0 % hemolisis dalam NaCl 0,55%
Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
- pH plasma, suhu, konsentrasi glukosa, dan saturasi oksigen pada darah
- Eritrosit yang berumur lama cenderung memiliki fragilitas osmotik yang tinggi
- Sampel darah yang diambil lebih dari 3 jam dapat menunjukkan peningkatan fragilitas osmotik.